Kamis, 26 Juni 2014

Tirta Bab II Tinjauan Pustaka Keputihan


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Tinjauan Umum tentang Gangguan Sistem Reproduksi
a.       Pengertian Gangguan Sistem Reproduksi
Gangguang Sistem Reproduksi adalah kegagalan wanti dalam manajemen kesehatan reproduksi. Permasalahan dalam bidang kesehatan reproduksi salah satunya adalah masalah reproduksi yang berhubungan dengan gangguan sistem reproduksi. Hal ini mencakup infeksi, gangguan menstruasi, masalah struktur, keganasan alat reproduksi pada wanita, infertilitas, dan lain-lain (Essawibawa, 2011).
b.      Macam-macam Gangguan Sistem Reproduksi
1)      Gangguan menstruasi
Menurut Varney (2006), gangguan menstruasi terdiri dari:
a)      Amenore
Amenore merupakan perubahan umum yang terjadi pada beberapa titik dalam sebagian besar siklus menstruasi wanita dewasa.
b)       Dismenorhoe
Menstruasi yang sangat menyakitkan, terutama terjadi pada perut bagian bawah dan punggung serta biasanya terasa seperti keram.
c)      Menoragia
          Menoragia merupakan salah satu dari beberapa keadaan menstruasi yang pada awalnya berada dibawah label pendarahan uterus disfungsional (disfungsional uterine bleeding, DUB).
d)     Metroragia
Metroragia adalah apabila menstruasi terjadi dengan interval tidak teratur, atau jika terdapat insiden bercak darah atau perdarahan di antara menstruasi.
e)      Oligomenore
Oligomenore adalah aliran menstruasi yang tidak sering atau hanya sedikit.
f)       Sindrom pramenstruasi
Perubahan siklik fisik, fisiologi dan perilaku (misalnya perut menggembung, perubahan suasana hati, perubahan nafsu makan) yang dicerminkan saat siklus menstruasi terjadi hampir pada semua wanita beberapa waktu antara menarche dan menopause.
2)       Nyeri abdomen dan panggul
Jenis nyeri abdomen dan panggul:
a)      Nyeri akut
Kemampuan untuk mengenali dan menangani nyeri abdomen akut secara akurat merupakan keahlian penting dalam perawatan kesehatan wanita.
b)      Nyeri kronis
Wanita yang mengalami nyeri panggul kronis adalah orang yang sering kali mengunjungi pemberi layanan kesehatan dalam jangka waktu yang lama.
3)      Inkontinensia Urine
Pengeluaran urine secara tidak sadar merupakan kondisi yang memuat stres dan yang tidak dilaporkan karena berbagai alasan, seperti rasa malu, pengingkaran dan adanya anggapan bahwa satu-satunya pilihan penanganan adalah pembedahan.
4)      Kista ovarium
Berbagai macam massa ovarium jinak dapat ditemukan oleh bidan baik pada saat pemeriksaan panggul atau dari hasil pemeriksaan ultrasonografi.
5)      Tumor/kanker pada endometrium
Wanita yang didiagnosis mengalami kanker endometrium setiap tahunnya, tiga kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan kanker servik. Kemungkinan terjadi paling sering pada wanita berusia lebih dari 50 tahun.
6)      Infeksi saluran genital seperti Candidiasis vulvovagina
Pada umumnya disebabkan oleh Candidiasis Albicans, gambaran klinis sendiri adalah adanya rabas berwarna putih, kental, berwarna seperti keju dan dapat juga encer atau bersifat cair yang secara umum disebut Keputihan (Flour Albus).
B.     Tinjauan Tentang Keputihan atau Fluor Albus (leukorea)
1.      Pengertian Flour Albus
Flour Albus adalah cairan yang keluar berlebihan dari vagina bukan merupakan darah. Menurut Wiknjosastro (2002), Flour Albus adalah nama gejala yang diberikan kepada cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genetalia yang tidak berupa darah.
2.      Klasifikasi Flour Albus
Flour Albus terbagi atas dua macam, yaitu Flour Albus fisiologis (normal) dan Flour Albus patologis (abnormal).
a.       Flour Albus fisiologis
Flour Albus fisiologis terdiri atas cairan yang kadang-kadang berupa muskus yang mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang, sedangkan Flour Albus patologis banyak mengandung leukosit.
Alat kelamin wanita dipengaruhi oleh berbagai hormone yang dihasilkan berbagsi organ yakni : hipotalamus, hipofisis, ovarium dan adrenal. Estrogen dapat mengakibatkan maturasi epitel vagina, serviks, proliferasi stroma dan kelenjar sedangkan progesterone akan mengakibatkan fungsi sekresi. Keputihan normal dapat terjadi pada masa menjelang dan sesudah menstruasi, sekitar fase sekresi antara hari ke 10 – 16 siklus menstruasi, saat terangsang, hamil, kelelahan, stress dan sedang mengkonsumsi obat-obat hormonal seperti pil KB. Keputihan ini tidak berwarna atau jernih, tidak berbau dan tidak menyebabkan rasa gatal.
b.      Flour Albus patologis
Merupakan cairan eksudat dan cairan ini mengandung banyak leukosit. Eksudat terjadi akibat reaksi tubuh terhadap adanya jejas (luka). Jejas ini dapat diakibatkan oleh infeksi mikroorganisme, benda asing, neoplasma jinak, lesi, prakanker dan neoplasma ganas. Kuman penyakit yang menginfeksi vagina seerti jamur Kandida Albikan, parasit Tricomonas, E. Coli, Staphylococcus, Treponema Pallidum, Kondiloma aquiminata dan Herpes serta luka di daerah vagina, benda asing yang tidak sengaja atau sengaja masuk ke vagina dan kelainan serviks. Akibatnya, timbul gejala-gejala yang sangat mengganggu, seperti berubahnya cairan yang berwarna jernih menjadi kekuningan sampai kehijauan, jumlahnya berlebihan, kental, berbau tak sedap, terasa gatal atau panas dan menimbulkan luka pada mulut vagina (Asri, 2003).
3.      Pathogenesis Flour Albus
Leukorea atau Flour Albus merupakan gejala dimana terjadinya pengeluaran cairan dari alat kelamin wanita yang tidak berupa darah. Daam perkembangan, alat kelamin wanita mengalami berbagai perubahan mulai bayi sampai Menopause. Flour Albus merupakan keadaan yang dapat terjadi fisiologis dan dapat menjadi Flour Albus yang patologis karena terinfeksi kuman penyakit. Bila vagina terinfeksi kuman penyakit seperti jamur, parasit, bakteri dan virus maka keseimbangan ekosistem vagina akan terganggu, yang tadinya bakteri doderlein atau lactobasilus memakan glikogen yang dihasilkan oleh estrogen pada dinding vagina untuk pertumbuhannya menjadikan pH vagina menjadi asam, hal ini tidak dapat terjadi bila pH vagina basa. Keadaan pH vagina basa membuat kuman penyakit berkembang dan hidup subur di dalam vagina.
4.      Etiologi Flour Albus
Keputihan yang fisiologis dapat disebabkan oleh :
a.       Pengaruh sisa estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin sehingga bayi baru lahir sampai umur 10 hari mengeluarkan keputihan.
b.      Pengaruh estrogen yang meningkat pada saat menarche.
c.       Rangsangan saat koitus sehingga menjelang persetubuhan seksual menghasilkan sekret, yang merupakan akibat adanya peleberan pembuluh darah di vagina atau vulva, sekresi kelenjar serviks yang bertambah sehingga terjadi pengeluaran transudasi dari dinding vagina. Hal ini diperlukan untuk melancarkan persetubuhan atau koitus.
d.      Adanya peningkatan produksi kelenjar-kelenjar pada mulut rahim saat masa ovulasi.
e.       Mucus serviks yang padat pada masa kehamilan sehingga menutup lumen serviks yang berfungsi mencegah kuman masuk ke rongga uterus.
Keputihan patologis terjadi karena disebabkan oleh:
a.       Infeksi
Tubuh akan memberikan reaksi terhadap mikroorganisme yang masuk ini dengan serangkaian reksi redang.
Penyebab infeksi, yakni :              
a)      Jamur
Jamur yang sering menyebabkan keputihan ialah Kandida Al-bikan. Penyakit ini disebut juga Kandidasis genetalia. Jamur Ini merupakan saprofit yang pada keadaan biasa tidak menimbulkan keluhan gejala, tetapi pada keadaan tertentu menyebabkan gejala infeksi mulai dari yang ringan hingga berat. Penyakit ini tidak selalu akibat PMS dan dapat timbul pada wanita yang belum menikah. Ada beberapa factor predisposisi untuk timbulnya kanidosis genetalis, antara lain :
1)      Pemakai obat antibotika dan kortikosteroid yang lama.
2)      Kehamilan.
3)      Kontrasepsi hormonal.
4)      Kelainan endokrin seperti diabetes militus.
5)      Menurunnya kekebalan tubuh seperti penyakit-penyakit kronis.
6)      Selalu memakai pakaian dalam yang ketat dan terbuat dari bahan yang tidak menyerap keringat.
Keluhan penyakit ini rasa gatal atau panas pada alat kelamin, keluarnya lender yang kental, putih dan bergumpal sepeti butiran tepung. Keluarnya cairan terutama pada saat sebelum menstruasi dan kadang-kadang disertai rasa nyeri pada waktu senggama. Pada pemeriksaan klinis terihat vulva berwarna merah (eritem) dan sembab, kadang-kadang ada erosi akibat garukan. Terlihat keputihan yang berwarna putih, kental, bergumpal seperti butiran tepung menempel pada dinding vagina. Pada pria kelainan yang timbul adalah balanopostitis (radang pada glans penis dan preposium).
b)      Bakteri
1)      Gonokokus
Penyakit ini disebut dengan Gonerrhoe dan penyebab penyakit ini adalah bakteri Neisseria Gonorrhoe atau gonokokus. Penyakit ini sering terjadi akibat hubungan seksual (PMS). Kuman ini berbentuk seperti ginjal yang berpasangan disebut diplokokus dalam sitoplasma sel. Gonukokus yang purulen mempunyai silia yang dapat menempel pada sel epitel uretra dan mukosa vagina. Pada hari ketiga, bakteri tersebut akan mencapai jaringan ikat di bawah epitel dan menimbulkan reaksi radang. Gejala yang ditimbulkan adalah keputihan yang berwarna kekuningan atau nanah, rasa sakit pada waktu berkemih maupun saat senggama.
2)      Klamidia Trakomatis
Kuman ini sering menjadi penyebab penyakit mata trakoma dan menjadi penyakit menular seksual. Klamida adalah organism intraselular obligat, pada manusia bakteri ini umumnya berkoloni secara lokal di permukaan mukosa, termasuk mukosa serviks. Klamida sering menjadi faktor etiologi pada penyakit radang pelvis, kehamilan di luar kandungan da infertilitas. Gejala utama yang ditemukan adalah servisitis pada wanita dan uteritis pada pria.
3)      Grandnerella
Menyebabkan peradangan vagina tak spesifik, biasanya mengisi penuh sel-sel epitel vagina membentuk khas clue cell. Menghasilkan asam amino yang akan diubah menjadi senyawa amin, bau amis, berwarna keabu-abuan. Gejala klinis yang ditimbulkan ialah flour albus yang berlebihan dan berbau disertai rasa tidak nyaman di perut bagian bawah.
4)      Treponema Pallidum
Penyebab penyakit kelamin sifilis, ditandai kondilomalata pada vulva dan vagina. Kuman ini berbentuk spiral, bergerak aktif.
5)      Parasit
Parasit yang sering menebabkan keputihan adalah Trokomonas vaginalis, berbentuk lonjong, bersilia, dapat bergerak berputar-putar dengan cepat.  Walaupun infeksi ini dapat terjadi dengan cara, penularan dengan jalan koitus ialah cara yang paling sering terdapat. Pada pria dengan trikomonas biasanya parasit ini terdapat di uretra dan prostat. Gejala yang ditimbulkan ialah flour albus yang encer sampai kental, berwarna kekuningan dan agak bau serta terasa gatal dan panas.
6)      Virus
Sering disebabkan oleh Humanpapilloma virus (HPV) dan Herpes simpleks. HPV sering ditandai dengan kondiloma akuminata, cairan barbau, tanpa rasa gatal.
b.      Kelainan alat kelamin didapat atau bawaan
Adanya fistel vesikovaginalis atau rektovaginalis akibat cacat bawaan, cedera persalinan dan radiasi kanker genetalia atau kanker itu sendiri.
c.       Benda asing
Kondom yang tertinggal dan pesarium untuk penderita hernia atau prolaps uteri dapat merangsang secret vagina berlebihan.
d.      Neoplasma jinak
Berbagai tumor jinak yang tumbuh ke dalam lumen, akan mudah mengalami peradangan sehingga menimbulkan keputihan.
e.       Kanker
Leukorea ditemukan pada neoplasma jinak maupun ganas, apabila tumor itu dengan permukaannya untuk sebagian atau seluruhnya memasuki lumen saluran alat-alat genetalia. Sel akan tumbuh sangat cepat secara abnormal dan mudah rusak,, akibat dari pembusukan dan perdarahan akibat pemecahan pembuluh darah pada hipervaskularisasi. Gejala yang ditimbulkan ialah cairan yang banyak, berbau busuk disertai darah tak segar.

f.       Fisik
Tampon, trauma dan IUD.
g.      Menopause
Pada Menopause sel-sel dan vagina mengalami hambatan dan dalam pematangan sel akibat tidak adanya hormon estrogen sehingga vagina kering, sering timbul gatal karena tipisnya lapisan sel sehingga mudah luka dan timbul infeksi penyerta.
5.      Gejala Flour Albus
Gejala yang ditimbulkan oleh kuman penyakit berbeda-beda, yaitu:
a.       Secret yang berlebihan seperti susu dan dapat menyebabkan labia menjadi menjadi tersa gatal, umumnya disebabkan oleh infeksi jamur kandida dan biasa terjadi pada kehamilan, penderita diabetes dan akseptor pil KB.
b.      Sekret yang berlebihan berwarna putih kehijauan atau kekuningan dan berbau tak sedap, kemungkinan disebabkan oleh infeksi trikomonas atau ada benda asing di vagina.
c.       Keputihan yang di sertai nyeri perut di bagian bawah atau nyeri panggul belakang, kemungkinan terinfeksi sampai pada organ dalam rongga panggul.
d.      Sekret sedikit atau banyak berupa nanah, rasa sakit dan panas saat berkemih atau terjadi saat hubungan seksual, kemungkinan disebabkan oleh infeksi gonorhoe.
e.       Sekret kecoklatan (darah) terjadi saat senggama, kemungkinan disebabkan oleh erosi pada mulut rahim.
f.       Sekret bercampur darah dan disertai bau khas akibat sel-sel mati, kemungkinan adanya sel-sel kanker pada serviks.
6.      Penatalaksanaan Flour Albus
Untuk menghindari komplikasi yang serius dari keputihan, sebaiknya penatalaksanaan dilakukan sedini mungkin sekaligus untuk menyingkirkan kemungkinan adannya penyebab lain seperti kanker leher rahim yang juga memberikan gejala keputihan berupa sekret encer, berwarna merah muda, coklat mengandung darah atau hitam serta barbau busuk.
Penatalaksanaan keputihan tergantung dari penyebab infeksi seperti jamur, bakteri atau parasit. Umumnya diberikan obat-obatan untuk mrngatasi keluhan dan menghentikan proses infeksi sesuai dengan penyebabnya. Obat-obatan yang digunakan dalam mengatasi keputihan biasanya berasal dari golongan Doxycycline untuk mengatasi infeksi candida dan golongan metronidazol untuk mengatasi infeksi bakteri dan parasit. Sediaan obat dapat berupa sediaan oral (tablet, kapsul), topical seperti krem yang dioleskan dan uvula yang dimasukkan langsug ke dalam liang vagina. Untuk keputihan yang ditularkan melalui hubungan seksual, terapi juga diberikan kepada pasangan seksual dan dianjurkan untuk tidak berhubungan seksual selama masih dalam pengobatan. Selain itu, dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan daerah intim sebagai pencegahan sekaligus mencegah berulangnya keputihan dengan:
1.      Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin, istirahat cukup, hindari rokok dan alkohol serta hindari stress berkepanjangn.
2.      Setia kepada pasangan. Hindari promiskuitas atau gunakan kondom untuk mencegah penularan penyakit menular seksual.
3.      Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap kering dan tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang menyerap keringat, hindari pemakaian celana terlalu ketat. Biasakan untuk mengganti pembalut, pantyliner pada waktunya untuk mencegah bakteri berkembang biak.
4.      Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah depan ke belakang.
5.      Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi medis dahulu sebelum menggunkan cairan pembersih vagina.
6.      Hindari penggunaan bedak talcum, tissue atau sabun dengan pewangi pada daerah vaginaa karena dapat menyebabkan iritasi.
7.      Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan seperti meminjam perlengkapan mandi dsb. Sedapat mungkin tidak duduk diatas kloset di WC umum atau biasakan mengelap dudukan kloset sebelum menggunakannya.
7.      Akibat yang sering terjadi Flour Albus.
Menurut Manuaba (2009), akibat yang sering ditimbulkan karena keputihan adalah sebagai berikut:
1)      Gangguan psikologis
Respon psikologis seseorang terhadap keputihan akan menimbulkan kecemasan yang berlebihan dan membuat sesorang merasa kotor serta tidak percaya diri dalam menjalalnkan aktifitasnya sehari-hari.
2)      Infeksi alat-alat genitalia
a)      Vulvitis
Sebaian besar dengan gejala keputihan dan tanda infeksi local.Penyebab secara umum adalah jamur. Bentuk vulvitis adalah infeksi kulit dan infeksi kelejanr bartholini. Infeksi kulit terjadi perubahan warna, membengkak, terasa nyeri, kadang-kadang tampak bernanah dan menimbulkan kesukaran bergerak. Infeksi kelenajar bartholini terletak di bagian bawah vulva, warna kulit berubah, membengkak, terjadi penimbunan nanah didalam kelejar, penderita sukar untuk berjalan dan duduk karena sakit.
b)      Vaginitis
Vaginitis merupakan infeksi pada vagina yang disebabkan oleh bakteri parasit atau jamur. Infeksi ini sebagian besar terjadi karena hubungan seksual. Tipe vaginitis yang sering kita jumpai adalah vaginitis candidiasis dan trikomonas vaginalis. Vaginitis candidiasis merupakan keputihan kental mengumpal, terasa gatal dan menggangu, pada dinding vagina sering dijumpai membrane putih yang bila dihapuskan dapat menimbulkan perdarahan. Sedangkan vaginits trikomonas vaginalis merupakan keputihan encer sampai kental, kekuningan, gatal dan terasa membakar dan berbau.
c)      Servikalis
Merupakan infeksi dari servik uteri. Infeksi serviks sering terjadi karena luka bekas persalinan yang tidak dirawat dan infeksi karena hubungan seksaul. keluahan yang dirasakan terdapat keputihan, mungkin terjadi kontak bleeding saat berhubungan seksual.
d)     Penyakit radang panggul (Pelvic Inflammantory Disease)
Merupakan infeksi alat genital bagian atas wanita, terjadi akibat hubungan seksual. penyakit ini dapat bersifat akut atau menahun atau akhirnya akan menimbulkan berbagai penyakit yang berakhir dengan terjadinya perlekatan sehingga dapat menyebakan kemandulan.Tanda-tandanya yaitu nyeri yang menusuk-nusuk bagian bawah prut, mengeluarkan keputihan dan bercampur darah, suhu tubuh meningkat, nadi meningkat dan pernafasan bertambah serta tekanan darah dalam batas normal. Penetuan infeksi genitalia ini lebih akurat bila dilakukan pemeriksaan pap semar untuk memungkinkan keganasan (Manuaba, 2007).
C.    Tinjauan umum tentang Manejemen Asuhan Kebidanan
1.      Pengertian Manajemen Asuhan Kebidanan
Manajemen asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan, dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien (Helen Varney, 1997).
Menurut Essawibawa (2011), manajemen asuhan kebidanan adalah pendekatan dan kerangka pola pikir yang digunakan oleh bidan dalam menerapakan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengumpulan data, analisa data, diagnosa kebidanan, perencanaan dan evaluasi.
Dalam bukunya,Varney (1997) menjelaskan bahwa proses penyelesaian masalah dapat digunakan dalam manajemen kebidanan, Dalam buku kebidanan yang ditulisnya pada tahun 1987, proses manajemen kebidanan diselesaikan melalui lima langkah. Namun, setelah menggunakannya, Varney (1997) melihat ada beberapa hal penting yang harus disempurnakan. Ia menambahkan dua langkah untuk menyempurkan teori lima langkah yang telah dijelaskan sebelumnya.
Menurut varney, proses manajemen kebidanan terdiri dari tujuh langkah yaitu: manajemen kebidanan dimulai dari pengumpulan data dasar yang diakhiri dengan evaluasi asuhan kebidanan.
Ke tujuh langkah tersebut terdiri dari keseluruhan dari kerangka kerja yang dapat dipakai dalam segala situasi.
2.      Tahap manajemen asuhan kebidanan
a.    Langkah I. Pengumpulan dan pengkaijan data
Dalam langkah pertama ini bidan harus mencari dan menggali data maupun fakta baik yang berasal dari pasien, keluarga, maupun anggota keluarga lainnya, ditambah dengan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh bidan sendiri.
Proses pengumpulan data dasar  ini mencakup data subjektif dan data objektif.
1)      Data subjektif
Data subjektif adalah informasi yang dicatat mencakup identitas,keluhan, yang diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada pasien/klien (anamneses) atau dari keluarga dan tenaga kesehatan (alloanamneses) (Hidayat, 2008). Pada data subjektif meliputi :
a)      Biodata pasien
·         Nama : untuk mengenal dan mengetahui pasien 
                     (Nursalam, 2009).
·         Umur    :   untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang
                     dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum
                     matang, mental dan psikis belum siap. Ditulis
                     dalam tahun, pada kasus gangguan sistem
                     reproduksi ibu dengan Flour Albus ini biasanya
                     dialami oleh wanita menarche hinnga masa
                     menopause (Varney, 2006).
·         Agama    :  untuk memberikan motivasi dan dorongan moril
                     sesuai apa yang dialami (Ety, 2011).
·         Suku/bangsa  : untuk mengetahui faktor bawaan atau ras
                            (Nursalam, 2009).
·         Pendidikan  : untuk mengetahui latar belakang, tingkat
                           pendidikan dan pengetahuan (Ety, 2011).
                           Pada kasus gangguan sistem reproduksi
                           Flour Albus biasanya ditemukan pada ibu
                           yang memiliki tingkat pendidikan yang
                           rendah (Ety, 2011).
·         Alamat      :  untuk mengetahui lingkungan tempat tinggal
                       dan karakteristik masyarakat (Ety, 2011).
·         Pekerjaan   :    untuk mengetahui status social ekonomi
                       (Ety, 2011).
b)      Keluhan utama
Alasan wanita tersebut mengunjungi tenaga kesehatan di klinik, kantor, kamar gawat darurat, pusat pelayanan persalinan, rumah sakit, atau rumahnya, seperti yang diungkapkan dengan kata-katanya sendiri (dapat berhubungan dengan sistem tubuh) (Essawibawa, 2011). Pada kasus Flour Albus keluhan utama ibu merasa tidak nyaman sehubungan pakaian dalamnya selalu basah dan keluarnya cairan berupa lender yang kental, berwarna kuning hingga keabu-abuan, gatal dan berbau dari kelaminnya dalam jumlah yang banyak, ruam pada kulit dan merasa sakit panas saat berkemih (manuaba, 2009).
c)      Riwayat menstruasi
Riwayat menstruasi meliputi umur menarche, frekuensi menstruasi, lama menstruasi, banyaknya darah yang keluar, gangguan sewaktu menstruasi (Essawibawa, 2011).
d)     Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
Disajikan dalam bentuk tabel yang berisi tentang berapa kali ibu hamil, umur kehamilan selama hamil, tanggal atau tahun lahir bayi, jenis persalinan, tempat persalinan, penolong persalinan dan penyulit. Keadaan anak dan nifas yang lalu berisi mengenai jenis kelamin putra-putri ibu, berat badan waktu lahir, panjang badan waktu lahir, keadaan anak sekrang, riwayat laktasi, perdarahan dan lamanya ibu nifas (Essawibawa, 2011).
e)      Riwayat keluarga berencana
Untuk mengetahui apakah alat kontrasepsi yang pernah digunakan ibu yang mungkin berpengaruh terhadap penyakitnya (Imamah, 2012). Pada kasus Flour Albus ini biasanya terjadi pada ibu yang menggunakan alat kontrasepsi Pil atau IUD (Wi knjosastro, 2006).
f)       Riwayat kesehatan menurut Essawibawa (2011), yang meliputi:
·         Riwayat kesehatan sekarang
Untuk mengetahui keadaan pasien saat ini dan mengetahui adakah penyakit lain yang bisa memperberat keaadan klien seperti batuk, pilek dan demam.
·         Riwayat penyakit sistemik
Untuk mengetahui apakah ibu menderita penyakit jantung, ginjal, asma/TBC, hepatitis, DM, hipertensi, dan epilepsi serta penyakit sistemik lainnya, seperti: penyakit kelain diantaranya, bacterial vaginosis, trikomonas, candidiasis (Purwantyastuti, 2004).
·         Riwayat penyakit keluarga
Untuk mengetahui apakah ada keluarga yang menderita penyakit menular seperti TBC, hepatitis, HIV/AIDS, kandiloma akuminata, dan penyakit keturunan seperti jantung, hipertensi dan diabetes mellitus.
·         Riwayat keturunan kembar
Untuk mengetahui apakah ada riwayat keturunan kembar dalam keluarga.
·         Riwayat operasi
Untuk mengetahui apakah ibu pernah mendapat operasi yang berhubungan dengan kandungan atau tidak.

g)      Pola kebiasaan sehari-hari
Untuk mengetahui kebiasaan sehari-hari dalam menjaga kebersihan dirinya dan pola makan sehari-hari apakah terpenuhi gizinya atau tidak (Ferer, 2001).
·         Pola nutrisi  : mengetahui seberapa banyak nya asupan
                            nutrisi pada pasien  dengan mengamati
                            adakah penurunan berat badan atau tidak
                            pada pasein (Susilawati, 2008)
·         Pola eliminasi  : dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu
                            BAK dan BAB (varney, 2007). Pada
                            kasusu Flour Albus terkadang ibu merasa
                            panas pada saat kencing (Abidin, 2009).
·         Pola istrirahat  : untuk mengetahui berapa lama ibu tidur
                            siang dan berapa lama ibu tidur malam
                            (Essawibawa, 2011).
·         Aktivitas         :    untuk mengetahui aktifitas ibu sehari-hari
                            (Ety, 2011).
·         Personal hygiene : untuk mengetahui kebersihan tubuh ibu
                                 yang meliputi frekuensi mandi, gosok
                                gigi, ganti baju atau pakaian dalam,
                                keramas dan cara membersihkan alat
                                genetlianya (Essawibawa, 2011). Pada
                                kasus gangguan sistem reproduksi
                                dengan Flour Albus biasanya sering
                                ditemui pada ibu yang memiliki
                                kebiasaan personal hygiene yang jelek
                                (Purwantyastuti, 2004).
·         Pola hubungan seksual  : untuk mengetahui berapa kali ibu
                                           melakukan hubungan seksual
                                           dalam seminggu dan adfa atau
                                           tidaknya keluhan (Essawibawam,
                                           2011). Pada kasus gangguan
                                           sistem reproduksi Flour Albus
                                           biasanya ibu merasa tidak
                                           nyaman dengan keadaanya karena
                                           cairan yang keluar dari vaginanya
                                           berlebihan dan terasa gatal
                                           (Abidin, 2009).
h)      Data psikologis
Digunakan untuk mengetahui perasaan ibu menghadapi gangguan sistem reproduksi dengan Flour Albus sekarang ini (Nursalam, 2008). Pada kasus gangguan sistem reproduksi Flour Albus ini biasanya didapatkan data psikologisnya adalah ibu merasa cemas dengan keadaannya (Abidin, 2009).


2)      Data Objektif
Data Objektif adalah pencatatan yang dilakukan dari hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus kebidanan dan data penunjang (Hidayat, 2008).
a)      Pemeriksaan fisik
·         Keadaan umum  : untuk mengetahui keadaan umum ibu
                                  apakah baik, sedang, buruk, kemudian
                                  tingkat kesadaran dan keadaan
                                  emosional (Nursalam, 2009). Pada
                                  kasus gangguan sistem reproduksi
                                  dengan Flour Albus didapatkan
                                  keadaan umum ibu sedang.
·         Kesadaran  : untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu yang
                       terdiri dari kesadaran composmentis (yaitu
                       kesadaran normal, sadar sepenuhnya ,dapat
                       menjawab semua pertanyaan tentang keadaan
                       sekelilingnya), kesadaran apatis (yaitu
                       keadaan keasadarn yang segan untuk
                       berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya
                       acuh tak acuh), kesadaran delirium (yaitu
                       gelisah, disorientasi orang tempat, waktu
                       memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi,
                       kadang berhayal), kesadaran somnolen (yaitu
                      kesadaran menurun, respon psikomotor yang
                      lambat, mudah tertidur, namun kesadaran
                      dapat pulih bila dirangsang (mudah
                      dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu
                      memberi jawaban verbal) (Rizky, 2010). Pada
                      kasusu gangguan sistem reproduksi Flour
                      Albus
didapatkan kesadaran ibu
                     Composmentis.
·         Tanda-tanda vital
Tekanan darah     :    untuk mengetahui factor risiko
                                 hipertensi/hipotensi dengan satuan
                                 mmHg. Tekanan darah normal 110/80
                                 sampai 140/90 mmHg (Saifuddin,
                                 2002).
Suhu  : untuk mengetahui suhu badan apakah ada
                peningkatan atau tidak. Suhu tubuh normal 35,6o
                C sampai 37,6o C (Wiknjosastro, 2006).
Nadi   : untuk mengetahui denyut nadi pasien dengan
               menghitung dalam 1 menit adalah 60-100 x/menit
               (Saifuddin, 2002).
Respirasi    : untuk mengetahui pernafasan pasien dalam
                      waktu 1 menit. Sedangkan normalnya
                      pernafasan dalam 1 menit adalah 20-24
                      x/menit (Saifuddin, 2002).
b)     Pemeriksaan Sistematis
·         Kepala
Rambut  : untuk mengetahui rambut bersih tidak rontok
                   atau tidak, berketombe tidak (Ety, 2011).
Muka      : untuk mengetahui ada oedema apa tidak, anemis
                  atau tidak, pucat atau tidak (Ety, 2011).
Mata       : untuk mengetahui apakah ada konjungtiva warna
                  merah muda atau anemis dan sclera warna putih
                  atau ikterik (Ety, 2011).
Hidung   : untuk mengetahui ada polip atau tidak, ada lender
                  atau tidak (Ety, 2011).
Telinga   :  untuk mengetahui adanya serumen atau tidak
                  (Ety, 2011).
Mulut dan gigi  : untuk mengetahui lidah bersih atau kotor,
                            ada stomatitis atau tidak, apakah gigi
                            bersih atau caries (Nursalam, 2009).
·         Leher      :  untuk mengetahui apakah ada pembesaran
                  kelenjar thyroid dan pembesaran kelenjar getah
                  bening (Nursalam, 2008).
·         Dada      :  untuk mengetahui apakah ada retraksi dada
                  kanan, kiri saat bernafas sama dan apakah
                  payudara kanan dan kiri simetris atau tidak
                  (Nursalam, 2008).
Mammae menurut Varney (2004),
1.      Pembesaran  : ada pembesaran atau tidak.
2.      Tumor           : ada benjolan tumor atau tidak.
3.      Simetris        : simetris atau tidak.
4.      Areola          : hyperpigmentasi.
5.      Putting susu : menonjol/tidak.
6.      Kolostrum    : sudah keluar atau belum.
·         Abdomen  : apakah ada jaringan parut atau bekas operasi,
                      dan adanya nyeri tekan (Wiknojosastro, 2006).
·         Anogenital
Vulva dan vagina  : bentuk genetalia, pengeluaran (warna,
                                 bau, jumlah dan karakter) ada tidaknya
                                 varices, ada atau tidaknya kemerahan,
                                 nyeri tekan dan pembesaran kelenjar
                                 bartholini (Essawibawa, 2011). Pada
                                 kasus Flour Albus didapatkan hasil
                                 pemeriksaan terlihat secret vagina
                                 berwarna putih menggumpal, berwarna
                                 kuning hingga putih keabu-abuan
                                 (Abidin, 2009).
Inspeculo    : pemeriksaan dalam yang dilakukan untuk
                        mengetahui keadaan portio dan servik serta
                        pengeluaran pervaginam (Widjanarko, 2011).
Pemeriksaan dalam  : pemeriksaan dalam (Vagina toucher
                                    dan inspekulo) dikaji untuk
                                    mengetahui kondisi vagina urethra,
                                    dinding vagina, portio, Orifisium
                                    urethra, korpus uteri, pengeluaran dan
                                    discharge (Essawibawa, 2011).
·         Anus    : untuk mengetahui ada hemoroid atau tidak
                 (Nursalam, 2008).
·         Ekstremitas
Varices     : apakah ada varices atau tidak (Nursalam, 2008).
Oedema   : apakah ada oedema atau tidak (Nursalam, 2008).
Reflek patella  :  pemeriksaan dengan pengetukan pada
                           tendom patella menggunakan palu reflex
                           (Nazriel, 2011).
c)      Pemeriksaan penunjang :
Data penunjang diperlukan sebagai pendukung diagnosa, apabila diperlukan misalnya pemeriksaan laboratorium dan hasil pap smear (Varney, 2007).


b.   Langkah II. Mengidentifikasi diagnosa/masalah aktual
Mengintepretasikan data untuk mengidentifikasi diagnosa atau masalah. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik. Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat diidentifikasikan, seperti diagnosa tetapi membutuhkan penanganan (Ety, 2011).
a)      Diagnosa kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnose kebidanan (Essawibawa, 2011). Diagnosa kebidanan sendiri didapat dari data dasr yang terdiri dari data subjektif dan data objektif. Diagnosa yang ditegakkan adalah Ny.”S” dengan gangguan sistem reproduksi dengan Flour Albus.
Data dasar :
1.      Data subjektif menurut Manuaba (2009), contoh :
a.       Ibu mengatakan sudah melahirkan sebanyak 3 kali dan tidak pernah keguguran.
b.      Ibu mengatakan umurnya sudah 40 tahun.
c.       Ibu mengatakan adanya cairan yang kental, berwarna putih keruh dan berbau yang disertai rasa gatal selama 1 minggu yang lalu.

2.      Data objektif :
a.       Keadaan umum  : baik
b.      Kesadaran  : composmentis.
c.       Tanda-tanda vital : biasanya terjadi peningkatan.
d.      Pengeluaran pervaginam berupa cairan kental berwarna putih keruh dan berbau.
b)     Masalah
Masalah yang timbul berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkaijan yang menyertai diagnosa (Varney, 2004). Masalah yang sering timbul pada ibu dengan gangguan Flour Albus adalah merasa cemas dan gelisah dengan keadaaanya (Jense, 2005).
c)      Kebutuhan
Kebutuhan yang dibutuhkan pasien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa maslaah yang didapatkan dengan melakukan analisa data (Varney, 2004).Kebutuhan yang diperlukan untuk penderita Flour Albus adalah dorongan moral dan informasi mengenai Flour Albus (Mnauaba, 2008).
c.    Langkah III. Mengidentifikasi diagnosa/masalah potensial
Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial dan mengantisipasi penangannya. Pada langkah ini kita mengidentifikasi diagnosa potensial berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi dan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosa atau masalah potensial ini menjadi benar-benar terjadi. Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman (Ety, 2011). Diagnosa potensial yang terjadi pada ibu dengan Flour Albus apabila tidak segera mendapat penanganan yang tepat dan berlangsung akan menjadi infeksi vagina, vulvitis, vaginitis dan bahkan dapat menjadi vulvavaginitis (Egan, 2007).
d.   Langkah IV. Tindakan Emergency/Kolaborasi
Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera untuk melakukan tindakan, konsultasi, kolaborasi dengan tenaga keseahatan lain ini berdasarkan kondisi klien. Langkah ini mnecerminkan kesinambungan dalam proses penatalaksanaan kebidanan (Ety,2011). Pada kasus gangguan reproduksi Flour Albus dilakukan tindakan segera yaitu memberikan terapi obat sesuai kebutuhan seperti golongan doxycycline untuk mengatasi infeksi candida dan golongan metrodinazol untuk mengatasi infeksi bakteri dan parasit (Abidin, 2009).
e.    Langkah V. Rencana tindakan asuhan kebidanan
Mengembangkan suatu rencana tindakan komprehensif didukung oleh penjelasan serta rasional yang benar. Rencana tindakan yang komprehensif bukan hanya meliputi kondisi klien, hubungannya dengan masalah yang dialami akan tetapi meliputi antisipasi dengan bimbingan terhadap klien dan konseling. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau antisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi (Varney, 2004). Menurut Abidin (2009), rencana asuhan yang diberikan pada gangguan sistem reproduksi dengan Flour Albus diantaranya :
1.      Jelaskan pada ibu tentang penyakit yang dideritanya.
2.      Diskusikan dengan ibu tentang tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.
3.      Observasi keadaan umum dan TTV.
4.      Jelaskan bagaiman cara membersihkan daerah pribadi dan  
genitalianya agar tetap bersih dan kering.
5.      Anjurkan kepada  klien untuk meningkatkan personal hygiene.
6.      Jelaskan untuk tidak sering menggunakan pencuci vagina.
7.      Beri dukungan moral dan spiritual.
8.      Rencana pemberian obat.
9.      Anjurkan ibu untuk memeriksakan dirinya ke dokter agar ibu dapat memperoleh penanganan lebih lanjut secepatnya.
f.     Langkah VI. Pelaksanaan tindakan asuhan kebidanan
Langkah ini adalah pelaksanaan rencana tindakan. Hal ini mungkin dikerjakan sendiri oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh klien sendiri atau tim anggota kesehatan lainnya. Menurut Varney (2004), pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang diuraikan pada langkah kelima, dilaksanakan secara efisien dan aman. Pelaksanaan asuhan kebidana gangguan sitem reproduksi dengan Flour Albus sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat :
1.         Jelaskan pada ibu tentang penyakit yang dideritanya.
2.         Diskusikan dengan ibu tentang tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.
3.         Observasi keadaan umum dan TTV.
4.         Jelaskan bagaiman cara membersihkan daerah pribadi dan  
genitalianya agar tetap bersih dan kering.
5.         Anjurkan kepada  klien untuk meningkatkan personal hygiene.
6.         Jelaskan untuk tidak sering menggunakan pencuci vagina.
7.         Beri dukungan moral dan spiritual.
8.         Rencana pemberian obat.
9.         Anjurkan ibu untuk memeriksakan dirinya ke dokter agar ibu dapat memperoleh penanganan lebih lanjut secepatnya.
g.    Langkah VII. Evaluasi asuhan kebidanan
Evaluasi pada kenyataannya adalah cara untuk mengelolah apakah rencana yang telah dilaksanakan benar memenuhi kebutuhan klien yaitu kebutuhan yang diidentifikasi pada tahap penentuan diagnosa/masalah. (Saiminem, Dokumentasi Asuhan Kebidanan, 2010, hal. 54)
            Pada evaluasi gangguan sistem reproduksi dengan Flour Albus diharapkan dalam waktu 2 minggu Flour Albus sudah berkurang, tidak ada infeksi lanjut, ibu merasa tidak cemas dan meras nyaman (Syaifuddin, 2003).
Menurut Abidin (2009), evaluasi asuhan yang diberikan pada gangguan reproduksi dengan Flour Albus, diantaranya:
1.      Keputihan dapat sembuh dan telah diatasi dengan baik.
2.      Klien sudah mengerti bagiman cara membersihkan daerah pribadi dan genitalianya agar tetap bersih dan kering.
3.      Klien sudah mengerti tetnang kebersihan saat berhubungan seksual.
4.      Ibu  bersedia melaksanakan anjuran yang diberikan oleh bidan.
5.      Ibu bersedia kembali jika ada keluhan.
3.      Pendokumentasi asuhan kebidanan (SOAP)
a.      Dokumentasi SOAP
Metode dokumentasi SOAP merupakan langkah terakhir setelah melaksanakan asuhan kebidanan adalah mendokumentasikan seluruh asuhan yang telah dilaksanakan pada klien. Dokumentasi tersebut dilakukan dalam bentuk SOAP (varney, 1997).
Komponen SOAP menurut varney adalah sebagai berikut:
1)      S : Subyektif
Merupakan hasil apa yang dikatakan dan diungkapkan atau keluhan dari klien itu sendiri, suami atau keluarga klien
2)      O : Obyektif
Merupakan apa yang dilihat, diraba dan dirasakan oleh bidan saat melakukan pemeriksaan dan dari hasil laboratorium.
3)      A : Assesment
Merupakan kesimpulan apa yang dibuat berdasarkan data subyektif dan objektif sebagai hasil pengambilan keputusan klinis terhadap klien tersebut.
4)      P : Planning
Merupakan rencana tindakan yang dilakukan berdasarkan kesimpulan dan evaluasi berdasarkan assesment/ analisis sebelumnya.
b.      Penggunaan dokumentasi SOAP
Catatan SOAP digunakan sebagai salah satu metode dokumentasi asuhan kebidanan oleh karena merupakan:
1.   Kemajuan informasi yang sistimatis yang mengorganisir penemuan dan kesimpulan menjadi rencana asuhan
2.   Intisari dari langkah-langkah dalam proses manajemen kebidanan
3.   Urut-urutannya dapat membantu dalam mengorganisir pikiran dalam memberikan  asuhan yang menyeluruh
4.   Pencatatan dan pendokumentasian penting oleh karena :
a.    Merupakan catatan yang bersifat permanen tentang asuhan yang diberikan.
b.   Memfasilitasi berbagai informasi diantara para pemberi asuhan.
c.    Memfasilitasi pemberian asuhan yang berkesinambungan.
d.   Memfasilitasi evaluasi efektivitas asuhan yang diberikan.
e.    Dapat digunakan sebagai data personal, keperluan riset, statistik morbiditas dan mortalitas.
f.    Meningkatkan pemberian asuhan yang aman, efektivitas dan berkualitas.

 Tabel  2.1. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
   Alur Pikir Bidn                               pencatatan dari asuhan kebidanan
Proses asuhan kebidanan
Pendokumentasian asuhan kebidanan
           

 


7 LANGKAH VARNEY
5 LANGKAH (KOMPETENSI BIDAN )
SOAP NOTES
1. Pengumpulan data dasar
Data
Subjektif (Hasil anamnesis)
Objektif (Pemeriksaan)
2. Interpretasi data : diagnosis masalah kebutuhan




Assesment / Diagnosis
Assesment (Analisis dan interpretasi Data)
1.      Diagnosis dan Masalah
2.      Diagnosis atau masalah potensial
3.      Kebutuhan tindakan segera
3. Identifikasi diagnose atau masalah potensial
4. Identitas kebutuhan yang memerlukan penanganan segera secara mandiri, konsultasi atau kolaborasi
5. Rencana asuhan :
1.      Melengkapi Data : Tes Diagnostik / Loboratorium.
2.      Pendidikan / konseling
3.      Rujukan
4.      Follow Up
Planning
Planning (Dokumentasi Implementasi dan Evaluasi)
1.      Asuhan Mandiri
2.      Kolaborasi
3.      Tes Diagnostik atau Tes Laboratorium
4.      Konseling
5.      Follow Up
6. Pelaksanaan
Implementasi
7. Evaluasi
Evaluasi

 Sumber : Depkes RI, 2009

Gambar 2.1. Proses Manajemen Kebidanan dan Pendokumentaisan
DATA SUBJEKTIF
(S)
DATA OBJEKTIF
(O)
IMPLEMENTASI
RENCANA
MENGUMPULKAN DATA
EVALUASI DATA
IDENTIFIKASI
MASALAH
EVALUASI
EFEKTIFITAS
ASUHAN
ASSESMENT
DATA
(A)
IDENTIFIKASI
MASALAH
POTENSIAL
DOKUMENTASI
SOAP
 








MENGEMBANGKAN
RENCANA ASUHAN
MENILAI
PERLUNYA
TINDAKAN
SEGERA/
KONSULTASI
                                                                              



                            PENGAMBILAN KEPUTUSAN KLINIS
                   (PROSES MANAJEMEN KEBIDANAN VARNEY)
PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN ASUHAN
KEBIDANAN
 



1 komentar:

  1. by: OBAT KEPUTIHAN
    Terima kasih untuk berbagi informasi dengan kami , Setelah membaca artikel Anda saya menjadi sangat tertarik dengan blog yang Anda kelola

    BalasHapus