BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan
Umum tentang Gangguan Sistem Reproduksi
a.
Pengertian Gangguan Sistem Reproduksi
Gangguang Sistem Reproduksi
adalah kegagalan wanti dalam manajemen kesehatan reproduksi. Permasalahan dalam
bidang kesehatan reproduksi salah satunya adalah masalah reproduksi yang
berhubungan dengan gangguan sistem reproduksi. Hal ini mencakup infeksi, gangguan
menstruasi, masalah struktur, keganasan alat reproduksi pada wanita, infertilitas,
dan lain-lain (Essawibawa, 2011).
b.
Macam-macam Gangguan Sistem Reproduksi
1)
Gangguan
menstruasi
Menurut Varney (2006), gangguan menstruasi terdiri
dari:
a)
Amenore
Amenore merupakan
perubahan umum yang terjadi pada beberapa titik dalam sebagian besar siklus
menstruasi wanita dewasa.
b)
Dismenorhoe
Menstruasi
yang sangat menyakitkan, terutama terjadi pada perut bagian bawah dan punggung
serta biasanya terasa seperti keram.
c)
Menoragia
Menoragia merupakan salah satu dari beberapa keadaan menstruasi
yang pada awalnya berada dibawah label pendarahan uterus disfungsional (disfungsional uterine bleeding, DUB).
d)
Metroragia
Metroragia adalah
apabila menstruasi terjadi dengan interval tidak teratur, atau jika terdapat
insiden bercak darah atau perdarahan di antara menstruasi.
e)
Oligomenore
Oligomenore adalah
aliran menstruasi yang tidak sering atau hanya sedikit.
f)
Sindrom
pramenstruasi
Perubahan
siklik fisik, fisiologi dan perilaku (misalnya perut menggembung, perubahan
suasana hati, perubahan nafsu makan) yang dicerminkan saat siklus menstruasi
terjadi hampir pada semua wanita beberapa waktu antara menarche dan menopause.
2)
Nyeri abdomen dan panggul
Jenis nyeri
abdomen dan panggul:
a)
Nyeri akut
Kemampuan
untuk mengenali dan menangani nyeri abdomen akut secara akurat merupakan
keahlian penting dalam perawatan kesehatan wanita.
b)
Nyeri kronis
Wanita yang
mengalami nyeri panggul kronis adalah orang yang sering kali mengunjungi
pemberi layanan kesehatan dalam jangka waktu yang lama.
3)
Inkontinensia Urine
Pengeluaran
urine secara tidak sadar merupakan kondisi yang memuat stres dan yang tidak dilaporkan
karena berbagai alasan, seperti rasa malu, pengingkaran dan adanya anggapan
bahwa satu-satunya pilihan penanganan adalah pembedahan.
4)
Kista ovarium
Berbagai
macam massa ovarium jinak dapat ditemukan oleh bidan baik pada saat pemeriksaan
panggul atau dari hasil pemeriksaan ultrasonografi.
5)
Tumor/kanker
pada endometrium
Wanita yang
didiagnosis mengalami kanker endometrium setiap
tahunnya, tiga kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan kanker servik.
Kemungkinan terjadi paling sering pada wanita berusia lebih dari 50 tahun.
6)
Infeksi saluran
genital seperti Candidiasis vulvovagina
Pada
umumnya disebabkan oleh Candidiasis
Albicans, gambaran klinis sendiri adalah adanya rabas berwarna putih,
kental, berwarna seperti keju dan dapat juga encer atau bersifat cair yang
secara umum disebut Keputihan (Flour
Albus).
B. Tinjauan Tentang Keputihan atau Fluor
Albus (leukorea)
1.
Pengertian Flour
Albus
Flour Albus adalah
cairan yang keluar berlebihan dari vagina bukan merupakan darah. Menurut
Wiknjosastro (2002), Flour Albus adalah
nama gejala yang diberikan kepada cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genetalia yang tidak
berupa darah.
2.
Klasifikasi Flour
Albus
Flour Albus terbagi
atas dua macam, yaitu Flour Albus fisiologis
(normal) dan Flour Albus patologis
(abnormal).
a. Flour Albus fisiologis
Flour Albus fisiologis terdiri atas
cairan yang kadang-kadang
berupa muskus yang mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang,
sedangkan Flour Albus
patologis banyak mengandung leukosit.
Alat
kelamin wanita dipengaruhi oleh berbagai hormone yang dihasilkan berbagsi organ
yakni : hipotalamus, hipofisis, ovarium dan adrenal. Estrogen dapat
mengakibatkan maturasi epitel vagina, serviks, proliferasi stroma dan kelenjar
sedangkan progesterone akan mengakibatkan fungsi sekresi. Keputihan normal
dapat terjadi pada masa menjelang dan sesudah menstruasi, sekitar fase sekresi
antara hari ke 10 – 16 siklus menstruasi, saat terangsang, hamil, kelelahan,
stress dan sedang mengkonsumsi obat-obat
hormonal seperti pil KB. Keputihan ini tidak berwarna atau jernih, tidak berbau
dan tidak menyebabkan rasa gatal.
b. Flour Albus patologis
Merupakan
cairan eksudat dan cairan ini mengandung banyak leukosit. Eksudat terjadi
akibat reaksi tubuh terhadap adanya jejas (luka). Jejas ini dapat diakibatkan
oleh infeksi mikroorganisme, benda asing, neoplasma jinak, lesi, prakanker dan
neoplasma ganas. Kuman penyakit yang menginfeksi vagina seerti jamur Kandida
Albikan, parasit Tricomonas, E. Coli, Staphylococcus, Treponema
Pallidum, Kondiloma
aquiminata dan Herpes serta luka di daerah vagina, benda
asing yang tidak sengaja atau sengaja masuk ke vagina dan kelainan serviks.
Akibatnya, timbul gejala-gejala
yang sangat mengganggu, seperti berubahnya cairan yang berwarna jernih menjadi
kekuningan sampai kehijauan, jumlahnya berlebihan, kental, berbau tak sedap,
terasa gatal atau panas dan menimbulkan luka pada mulut vagina (Asri, 2003).
3.
Pathogenesis
Flour Albus
Leukorea
atau Flour Albus merupakan gejala
dimana terjadinya pengeluaran cairan dari alat kelamin wanita yang tidak berupa
darah. Daam perkembangan, alat kelamin wanita mengalami berbagai perubahan
mulai bayi sampai Menopause. Flour Albus
merupakan keadaan yang dapat terjadi fisiologis dan dapat menjadi Flour Albus yang patologis karena
terinfeksi kuman penyakit. Bila vagina terinfeksi kuman penyakit seperti jamur,
parasit, bakteri dan virus maka keseimbangan ekosistem vagina akan terganggu,
yang tadinya bakteri doderlein atau lactobasilus memakan glikogen yang
dihasilkan oleh estrogen pada dinding vagina untuk pertumbuhannya menjadikan pH
vagina menjadi asam, hal ini tidak dapat terjadi bila pH vagina basa. Keadaan
pH vagina basa membuat kuman penyakit berkembang dan hidup subur di dalam
vagina.
4.
Etiologi Flour Albus
Keputihan
yang fisiologis dapat disebabkan oleh :
a.
Pengaruh sisa estrogen dari
plasenta terhadap uterus dan vagina janin sehingga bayi baru lahir sampai umur
10 hari mengeluarkan keputihan.
b.
Pengaruh estrogen yang
meningkat pada saat menarche.
c.
Rangsangan saat koitus
sehingga menjelang persetubuhan seksual menghasilkan sekret, yang merupakan
akibat adanya peleberan pembuluh darah di vagina atau vulva, sekresi kelenjar
serviks yang bertambah sehingga terjadi pengeluaran transudasi dari dinding
vagina. Hal ini diperlukan untuk melancarkan persetubuhan atau koitus.
d.
Adanya peningkatan produksi
kelenjar-kelenjar pada mulut rahim saat masa ovulasi.
e.
Mucus serviks yang padat pada
masa kehamilan sehingga menutup lumen serviks yang berfungsi mencegah kuman
masuk ke rongga uterus.
Keputihan patologis terjadi
karena disebabkan oleh:
a. Infeksi
Tubuh
akan memberikan reaksi terhadap mikroorganisme yang masuk ini dengan
serangkaian reksi redang.
Penyebab
infeksi, yakni :
a)
Jamur
Jamur
yang sering menyebabkan keputihan ialah Kandida Al-bikan. Penyakit ini disebut
juga Kandidasis genetalia. Jamur Ini merupakan saprofit yang pada keadaan biasa
tidak menimbulkan keluhan gejala, tetapi pada keadaan tertentu menyebabkan
gejala infeksi mulai dari yang ringan hingga berat. Penyakit ini tidak selalu
akibat PMS dan dapat timbul pada wanita yang belum menikah. Ada beberapa factor
predisposisi untuk timbulnya kanidosis genetalis, antara lain :
1) Pemakai
obat antibotika dan kortikosteroid yang lama.
2) Kehamilan.
3) Kontrasepsi
hormonal.
4) Kelainan
endokrin seperti diabetes militus.
5) Menurunnya
kekebalan tubuh seperti penyakit-penyakit
kronis.
6) Selalu
memakai pakaian dalam yang ketat dan terbuat dari bahan yang tidak menyerap
keringat.
Keluhan
penyakit ini rasa gatal atau panas pada alat kelamin, keluarnya lender yang
kental, putih dan bergumpal sepeti butiran tepung. Keluarnya cairan terutama
pada saat sebelum menstruasi dan kadang-kadang
disertai rasa nyeri pada waktu senggama. Pada pemeriksaan klinis terihat vulva
berwarna merah (eritem) dan sembab, kadang-kadang
ada erosi akibat garukan. Terlihat keputihan yang berwarna putih, kental,
bergumpal seperti butiran tepung menempel pada dinding vagina. Pada pria
kelainan yang timbul adalah balanopostitis (radang pada glans penis dan
preposium).
b) Bakteri
1) Gonokokus
Penyakit
ini disebut dengan Gonerrhoe dan penyebab penyakit ini adalah bakteri Neisseria
Gonorrhoe atau gonokokus. Penyakit ini sering terjadi akibat hubungan seksual
(PMS). Kuman ini berbentuk seperti ginjal yang berpasangan disebut diplokokus
dalam sitoplasma sel. Gonukokus yang purulen mempunyai silia yang dapat
menempel pada sel epitel uretra dan mukosa vagina. Pada hari ketiga, bakteri
tersebut akan mencapai jaringan ikat di bawah epitel dan menimbulkan reaksi
radang. Gejala yang ditimbulkan adalah keputihan yang berwarna kekuningan atau
nanah, rasa sakit pada waktu berkemih maupun saat senggama.
2) Klamidia
Trakomatis
Kuman
ini sering menjadi penyebab penyakit mata trakoma dan menjadi penyakit menular
seksual. Klamida adalah organism intraselular obligat, pada manusia bakteri ini
umumnya berkoloni secara lokal di permukaan mukosa, termasuk mukosa serviks.
Klamida sering menjadi faktor etiologi pada penyakit radang pelvis, kehamilan
di luar kandungan da infertilitas. Gejala utama yang ditemukan adalah
servisitis pada wanita dan uteritis pada pria.
3) Grandnerella
Menyebabkan
peradangan vagina tak spesifik, biasanya mengisi penuh sel-sel epitel vagina
membentuk khas clue cell. Menghasilkan
asam amino yang akan diubah menjadi senyawa amin, bau amis, berwarna keabu-abuan. Gejala klinis yang
ditimbulkan ialah flour albus yang berlebihan dan berbau disertai rasa tidak
nyaman di perut bagian bawah.
4) Treponema
Pallidum
Penyebab
penyakit kelamin sifilis, ditandai kondilomalata pada vulva dan vagina. Kuman
ini berbentuk spiral, bergerak aktif.
5) Parasit
Parasit
yang sering menebabkan keputihan adalah Trokomonas vaginalis, berbentuk
lonjong, bersilia, dapat bergerak berputar-putar dengan
cepat. Walaupun infeksi ini dapat
terjadi dengan cara, penularan dengan jalan koitus ialah cara yang paling
sering terdapat. Pada pria dengan trikomonas biasanya parasit ini terdapat di
uretra dan prostat. Gejala yang ditimbulkan ialah flour albus yang encer sampai
kental, berwarna kekuningan dan agak bau serta terasa gatal dan panas.
6) Virus
Sering
disebabkan oleh Humanpapilloma virus (HPV) dan Herpes simpleks. HPV sering
ditandai dengan kondiloma akuminata, cairan barbau, tanpa rasa gatal.
b.
Kelainan alat kelamin didapat
atau bawaan
Adanya
fistel vesikovaginalis atau rektovaginalis akibat cacat bawaan, cedera
persalinan dan radiasi kanker genetalia atau kanker itu sendiri.
c.
Benda asing
Kondom
yang tertinggal dan pesarium untuk penderita hernia atau prolaps uteri dapat
merangsang secret vagina berlebihan.
d.
Neoplasma jinak
Berbagai
tumor jinak yang tumbuh ke dalam lumen, akan mudah mengalami peradangan
sehingga menimbulkan keputihan.
e.
Kanker
Leukorea
ditemukan pada neoplasma jinak maupun ganas, apabila tumor itu dengan
permukaannya untuk sebagian atau seluruhnya memasuki lumen saluran alat-alat genetalia. Sel akan
tumbuh sangat cepat secara abnormal dan mudah rusak,, akibat dari pembusukan
dan perdarahan akibat pemecahan pembuluh darah pada hipervaskularisasi. Gejala
yang ditimbulkan ialah cairan yang banyak, berbau busuk disertai darah tak
segar.
f.
Fisik
Tampon, trauma dan IUD.
g.
Menopause
Pada
Menopause sel-sel dan vagina mengalami
hambatan dan dalam pematangan sel akibat tidak adanya hormon estrogen sehingga
vagina kering, sering timbul gatal karena tipisnya lapisan sel sehingga mudah
luka dan timbul infeksi penyerta.
5.
Gejala Flour
Albus
Gejala
yang ditimbulkan oleh kuman penyakit berbeda-beda,
yaitu:
a. Secret
yang berlebihan seperti susu dan dapat menyebabkan labia menjadi menjadi tersa
gatal, umumnya disebabkan oleh infeksi jamur kandida dan biasa terjadi pada
kehamilan, penderita diabetes dan akseptor pil KB.
b. Sekret
yang berlebihan berwarna putih kehijauan atau kekuningan dan berbau tak sedap,
kemungkinan disebabkan oleh infeksi trikomonas atau ada benda asing di vagina.
c. Keputihan
yang di sertai nyeri perut di bagian bawah atau nyeri panggul belakang,
kemungkinan terinfeksi sampai pada organ dalam rongga panggul.
d. Sekret
sedikit atau banyak berupa nanah, rasa sakit dan panas saat berkemih atau
terjadi saat hubungan seksual, kemungkinan disebabkan oleh infeksi gonorhoe.
e. Sekret
kecoklatan (darah) terjadi saat senggama, kemungkinan disebabkan oleh erosi
pada mulut rahim.
f. Sekret
bercampur darah dan disertai bau khas akibat sel-sel
mati, kemungkinan adanya sel-sel
kanker pada serviks.
6.
Penatalaksanaan Flour Albus
Untuk
menghindari komplikasi yang serius dari keputihan, sebaiknya penatalaksanaan
dilakukan sedini mungkin sekaligus untuk menyingkirkan kemungkinan adannya
penyebab lain seperti kanker leher rahim yang juga memberikan gejala keputihan
berupa sekret encer, berwarna merah muda, coklat mengandung darah atau hitam
serta barbau busuk.
Penatalaksanaan
keputihan tergantung dari penyebab infeksi seperti jamur, bakteri atau parasit.
Umumnya diberikan obat-obatan
untuk mrngatasi keluhan dan menghentikan proses infeksi sesuai dengan
penyebabnya. Obat-obatan yang digunakan dalam mengatasi keputihan biasanya berasal
dari golongan Doxycycline untuk
mengatasi infeksi candida dan golongan metronidazol untuk mengatasi infeksi
bakteri dan parasit. Sediaan obat dapat berupa sediaan oral (tablet, kapsul),
topical seperti krem yang dioleskan dan uvula yang dimasukkan langsug ke dalam
liang vagina. Untuk keputihan yang ditularkan melalui hubungan seksual, terapi
juga diberikan kepada pasangan seksual dan dianjurkan untuk tidak berhubungan
seksual selama masih dalam pengobatan. Selain itu, dianjurkan untuk selalu
menjaga kebersihan daerah intim sebagai pencegahan sekaligus mencegah
berulangnya keputihan dengan:
1. Pola
hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin, istirahat cukup, hindari
rokok dan alkohol serta hindari stress berkepanjangn.
2. Setia
kepada pasangan. Hindari promiskuitas atau gunakan kondom untuk mencegah penularan
penyakit menular seksual.
3. Selalu
menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap kering dan tidak
lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang menyerap keringat,
hindari pemakaian celana terlalu ketat. Biasakan untuk mengganti pembalut,
pantyliner pada waktunya untuk mencegah bakteri berkembang biak.
4. Biasakan
membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah depan ke
belakang.
5. Penggunaan
cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat mematikan flora
normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi medis dahulu sebelum menggunkan
cairan pembersih vagina.
6. Hindari
penggunaan bedak talcum, tissue atau sabun dengan pewangi pada daerah vaginaa
karena dapat menyebabkan iritasi.
7. Hindari
pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan seperti meminjam perlengkapan
mandi dsb. Sedapat mungkin tidak duduk diatas kloset di WC umum atau biasakan
mengelap dudukan kloset sebelum menggunakannya.
7.
Akibat yang sering terjadi Flour Albus.
Menurut Manuaba (2009), akibat yang sering ditimbulkan
karena keputihan adalah sebagai berikut:
1) Gangguan psikologis
Respon psikologis
seseorang terhadap keputihan akan menimbulkan kecemasan yang berlebihan dan
membuat sesorang merasa kotor serta tidak percaya diri dalam menjalalnkan
aktifitasnya sehari-hari.
2) Infeksi alat-alat genitalia
a)
Vulvitis
Sebaian besar dengan
gejala keputihan dan tanda infeksi local.Penyebab secara umum adalah jamur. Bentuk
vulvitis adalah infeksi kulit dan
infeksi kelejanr bartholini. Infeksi kulit terjadi perubahan warna, membengkak,
terasa nyeri, kadang-kadang tampak bernanah dan menimbulkan kesukaran bergerak.
Infeksi kelenajar bartholini terletak di bagian bawah vulva, warna kulit berubah, membengkak, terjadi penimbunan nanah
didalam kelejar, penderita sukar untuk berjalan dan duduk karena sakit.
b)
Vaginitis
Vaginitis
merupakan infeksi pada vagina yang disebabkan oleh bakteri parasit atau jamur. Infeksi
ini sebagian besar terjadi karena hubungan seksual. Tipe vaginitis yang sering kita jumpai adalah vaginitis candidiasis dan trikomonas
vaginalis. Vaginitis candidiasis
merupakan keputihan kental mengumpal, terasa gatal dan menggangu, pada dinding
vagina sering dijumpai membrane putih yang bila dihapuskan dapat menimbulkan
perdarahan. Sedangkan vaginits trikomonas
vaginalis merupakan keputihan encer sampai kental, kekuningan, gatal dan
terasa membakar dan berbau.
c)
Servikalis
Merupakan infeksi dari servik uteri. Infeksi serviks sering terjadi karena luka bekas
persalinan yang tidak dirawat dan infeksi karena hubungan seksaul. keluahan yang
dirasakan terdapat keputihan, mungkin terjadi kontak bleeding saat berhubungan
seksual.
d) Penyakit radang panggul (Pelvic
Inflammantory Disease)
Merupakan infeksi alat
genital bagian atas wanita, terjadi akibat hubungan seksual. penyakit ini dapat
bersifat akut atau menahun atau akhirnya akan menimbulkan berbagai penyakit
yang berakhir dengan terjadinya perlekatan sehingga dapat menyebakan
kemandulan.Tanda-tandanya yaitu nyeri yang menusuk-nusuk bagian bawah prut, mengeluarkan
keputihan dan bercampur darah, suhu tubuh meningkat, nadi meningkat dan
pernafasan bertambah serta tekanan darah dalam batas normal. Penetuan infeksi
genitalia ini lebih akurat bila dilakukan pemeriksaan pap semar untuk
memungkinkan keganasan (Manuaba, 2007).
C.
Tinjauan umum tentang Manejemen Asuhan Kebidanan
1.
Pengertian
Manajemen Asuhan Kebidanan
Manajemen asuhan kebidanan
adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk
mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan,
keterampilan, dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan suatu
keputusan yang berfokus pada klien (Helen Varney, 1997).
Menurut Essawibawa (2011), manajemen
asuhan kebidanan adalah pendekatan dan kerangka pola pikir yang digunakan oleh
bidan dalam menerapakan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari
pengumpulan data, analisa data, diagnosa kebidanan, perencanaan dan evaluasi.
Dalam bukunya,Varney (1997)
menjelaskan bahwa proses penyelesaian masalah dapat digunakan dalam manajemen
kebidanan, Dalam buku kebidanan yang ditulisnya pada tahun 1987, proses
manajemen kebidanan diselesaikan melalui lima langkah. Namun, setelah
menggunakannya, Varney (1997) melihat ada beberapa hal penting yang harus
disempurnakan. Ia menambahkan dua langkah untuk menyempurkan teori lima langkah
yang telah dijelaskan sebelumnya.
Menurut varney, proses manajemen
kebidanan terdiri dari tujuh langkah yaitu: manajemen kebidanan dimulai dari
pengumpulan data dasar yang diakhiri dengan evaluasi asuhan kebidanan.
Ke tujuh langkah tersebut terdiri dari
keseluruhan dari kerangka kerja yang dapat dipakai dalam segala situasi.
2.
Tahap
manajemen asuhan kebidanan
a.
Langkah I. Pengumpulan dan pengkaijan data
Dalam langkah pertama ini
bidan harus mencari dan menggali data maupun fakta baik yang berasal dari
pasien, keluarga, maupun anggota keluarga lainnya, ditambah dengan hasil
pemeriksaan yang dilakukan oleh bidan sendiri.
Proses pengumpulan data
dasar ini mencakup data subjektif dan
data objektif.
1)
Data subjektif
Data
subjektif adalah informasi yang dicatat mencakup identitas,keluhan, yang
diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada pasien/klien (anamneses) atau
dari keluarga dan tenaga kesehatan (alloanamneses) (Hidayat, 2008). Pada data
subjektif meliputi :
a)
Biodata pasien
·
Nama : untuk mengenal
dan mengetahui pasien
(Nursalam, 2009).
(Nursalam, 2009).
·
Umur : untuk
mengetahui adanya resiko seperti kurang
dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum
matang, mental dan psikis belum siap. Ditulis
dalam tahun, pada kasus gangguan sistem
reproduksi ibu dengan Flour Albus ini biasanya
dialami oleh wanita menarche hinnga masa
menopause (Varney, 2006).
dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum
matang, mental dan psikis belum siap. Ditulis
dalam tahun, pada kasus gangguan sistem
reproduksi ibu dengan Flour Albus ini biasanya
dialami oleh wanita menarche hinnga masa
menopause (Varney, 2006).
·
Agama :
untuk memberikan motivasi dan dorongan moril
sesuai apa yang dialami (Ety, 2011).
sesuai apa yang dialami (Ety, 2011).
·
Suku/bangsa : untuk mengetahui faktor bawaan atau ras
(Nursalam, 2009).
(Nursalam, 2009).
·
Pendidikan : untuk mengetahui latar belakang, tingkat
pendidikan dan pengetahuan (Ety, 2011).
Pada kasus gangguan sistem reproduksi
Flour Albus biasanya ditemukan pada ibu
yang memiliki tingkat pendidikan yang
rendah (Ety, 2011).
pendidikan dan pengetahuan (Ety, 2011).
Pada kasus gangguan sistem reproduksi
Flour Albus biasanya ditemukan pada ibu
yang memiliki tingkat pendidikan yang
rendah (Ety, 2011).
·
Alamat : untuk mengetahui lingkungan tempat tinggal
dan karakteristik masyarakat (Ety, 2011).
dan karakteristik masyarakat (Ety, 2011).
·
Pekerjaan : untuk
mengetahui status social ekonomi
(Ety, 2011).
(Ety, 2011).
b)
Keluhan utama
Alasan wanita tersebut mengunjungi tenaga kesehatan di klinik, kantor, kamar
gawat darurat, pusat pelayanan persalinan, rumah sakit, atau rumahnya, seperti
yang diungkapkan dengan kata-katanya sendiri (dapat berhubungan dengan sistem
tubuh) (Essawibawa, 2011). Pada kasus Flour
Albus keluhan utama ibu merasa tidak nyaman sehubungan pakaian dalamnya
selalu basah dan keluarnya cairan berupa lender yang kental, berwarna kuning
hingga keabu-abuan, gatal dan berbau dari kelaminnya dalam jumlah yang banyak, ruam
pada kulit dan merasa sakit panas saat berkemih (manuaba, 2009).
c)
Riwayat
menstruasi
Riwayat menstruasi meliputi umur menarche, frekuensi menstruasi, lama menstruasi,
banyaknya darah yang keluar, gangguan sewaktu menstruasi (Essawibawa, 2011).
d)
Riwayat
kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
Disajikan dalam bentuk tabel yang berisi tentang berapa kali ibu hamil, umur
kehamilan selama hamil, tanggal atau tahun lahir bayi, jenis persalinan, tempat
persalinan, penolong persalinan dan penyulit. Keadaan anak dan nifas yang lalu
berisi mengenai jenis kelamin putra-putri ibu, berat badan waktu lahir, panjang
badan waktu lahir, keadaan anak sekrang, riwayat laktasi, perdarahan dan
lamanya ibu nifas (Essawibawa, 2011).
e)
Riwayat keluarga
berencana
Untuk mengetahui apakah alat kontrasepsi yang pernah digunakan ibu yang
mungkin berpengaruh terhadap penyakitnya (Imamah, 2012). Pada kasus Flour Albus ini biasanya terjadi pada
ibu yang menggunakan alat kontrasepsi Pil atau IUD (Wi knjosastro, 2006).
f)
Riwayat
kesehatan menurut Essawibawa (2011), yang meliputi:
·
Riwayat
kesehatan sekarang
Untuk mengetahui keadaan pasien saat ini dan mengetahui adakah penyakit
lain yang bisa memperberat keaadan klien seperti batuk, pilek dan demam.
·
Riwayat penyakit
sistemik
Untuk mengetahui apakah ibu menderita penyakit jantung, ginjal, asma/TBC,
hepatitis, DM, hipertensi, dan epilepsi serta penyakit sistemik lainnya,
seperti: penyakit kelain diantaranya, bacterial
vaginosis, trikomonas, candidiasis (Purwantyastuti, 2004).
·
Riwayat penyakit
keluarga
Untuk mengetahui apakah ada keluarga yang menderita penyakit menular
seperti TBC, hepatitis, HIV/AIDS, kandiloma akuminata, dan penyakit keturunan
seperti jantung, hipertensi dan diabetes mellitus.
·
Riwayat
keturunan kembar
Untuk mengetahui apakah ada riwayat keturunan kembar dalam keluarga.
·
Riwayat operasi
Untuk mengetahui apakah ibu pernah mendapat operasi yang berhubungan
dengan kandungan atau tidak.
g)
Pola kebiasaan
sehari-hari
Untuk mengetahui kebiasaan sehari-hari dalam menjaga kebersihan dirinya
dan pola makan sehari-hari apakah terpenuhi gizinya atau tidak (Ferer, 2001).
·
Pola
nutrisi : mengetahui seberapa banyak nya
asupan
nutrisi pada pasien dengan mengamati
adakah penurunan berat badan atau tidak
pada pasein (Susilawati, 2008)
nutrisi pada pasien dengan mengamati
adakah penurunan berat badan atau tidak
pada pasein (Susilawati, 2008)
·
Pola eliminasi : dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu
BAK dan BAB (varney, 2007). Pada
kasusu Flour Albus terkadang ibu merasa
panas pada saat kencing (Abidin, 2009).
BAK dan BAB (varney, 2007). Pada
kasusu Flour Albus terkadang ibu merasa
panas pada saat kencing (Abidin, 2009).
·
Pola istrirahat : untuk mengetahui berapa lama ibu tidur
siang dan berapa lama ibu tidur malam
(Essawibawa, 2011).
siang dan berapa lama ibu tidur malam
(Essawibawa, 2011).
·
Aktivitas : untuk mengetahui aktifitas ibu sehari-hari
(Ety, 2011).
(Ety, 2011).
·
Personal hygiene
: untuk mengetahui kebersihan tubuh ibu
yang meliputi frekuensi mandi, gosok
gigi, ganti baju atau pakaian dalam,
keramas dan cara membersihkan alat
genetlianya (Essawibawa, 2011). Pada
kasus gangguan sistem reproduksi
dengan Flour Albus biasanya sering
ditemui pada ibu yang memiliki
kebiasaan personal hygiene yang jelek
(Purwantyastuti, 2004).
yang meliputi frekuensi mandi, gosok
gigi, ganti baju atau pakaian dalam,
keramas dan cara membersihkan alat
genetlianya (Essawibawa, 2011). Pada
kasus gangguan sistem reproduksi
dengan Flour Albus biasanya sering
ditemui pada ibu yang memiliki
kebiasaan personal hygiene yang jelek
(Purwantyastuti, 2004).
·
Pola hubungan
seksual : untuk mengetahui berapa kali
ibu
melakukan hubungan seksual
dalam seminggu dan adfa atau
tidaknya keluhan (Essawibawam,
2011). Pada kasus gangguan
sistem reproduksi Flour Albus
biasanya ibu merasa tidak
nyaman dengan keadaanya karena
cairan yang keluar dari vaginanya
berlebihan dan terasa gatal
(Abidin, 2009).
melakukan hubungan seksual
dalam seminggu dan adfa atau
tidaknya keluhan (Essawibawam,
2011). Pada kasus gangguan
sistem reproduksi Flour Albus
biasanya ibu merasa tidak
nyaman dengan keadaanya karena
cairan yang keluar dari vaginanya
berlebihan dan terasa gatal
(Abidin, 2009).
h)
Data psikologis
Digunakan untuk mengetahui perasaan ibu menghadapi gangguan sistem
reproduksi dengan Flour Albus
sekarang ini (Nursalam, 2008). Pada kasus gangguan sistem reproduksi Flour Albus ini biasanya didapatkan data
psikologisnya adalah ibu merasa cemas dengan keadaannya (Abidin, 2009).
2)
Data Objektif
Data
Objektif adalah pencatatan yang dilakukan dari hasil pemeriksaan fisik,
pemeriksaan khusus kebidanan dan data penunjang (Hidayat, 2008).
a) Pemeriksaan fisik
·
Keadaan
umum : untuk mengetahui keadaan umum ibu
apakah baik, sedang, buruk, kemudian
tingkat kesadaran dan keadaan
emosional (Nursalam, 2009). Pada
kasus gangguan sistem reproduksi
dengan Flour Albus didapatkan
keadaan umum ibu sedang.
apakah baik, sedang, buruk, kemudian
tingkat kesadaran dan keadaan
emosional (Nursalam, 2009). Pada
kasus gangguan sistem reproduksi
dengan Flour Albus didapatkan
keadaan umum ibu sedang.
·
Kesadaran : untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu yang
terdiri dari kesadaran composmentis (yaitu
kesadaran normal, sadar sepenuhnya ,dapat
menjawab semua pertanyaan tentang keadaan
sekelilingnya), kesadaran apatis (yaitu
keadaan keasadarn yang segan untuk
berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya
acuh tak acuh), kesadaran delirium (yaitu
gelisah, disorientasi orang tempat, waktu
memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi,
kadang berhayal), kesadaran somnolen (yaitu
kesadaran menurun, respon psikomotor yang
lambat, mudah tertidur, namun kesadaran
dapat pulih bila dirangsang (mudah
dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu
memberi jawaban verbal) (Rizky, 2010). Pada
kasusu gangguan sistem reproduksi Flour
Albus didapatkan kesadaran ibu
Composmentis.
terdiri dari kesadaran composmentis (yaitu
kesadaran normal, sadar sepenuhnya ,dapat
menjawab semua pertanyaan tentang keadaan
sekelilingnya), kesadaran apatis (yaitu
keadaan keasadarn yang segan untuk
berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya
acuh tak acuh), kesadaran delirium (yaitu
gelisah, disorientasi orang tempat, waktu
memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi,
kadang berhayal), kesadaran somnolen (yaitu
kesadaran menurun, respon psikomotor yang
lambat, mudah tertidur, namun kesadaran
dapat pulih bila dirangsang (mudah
dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu
memberi jawaban verbal) (Rizky, 2010). Pada
kasusu gangguan sistem reproduksi Flour
Albus didapatkan kesadaran ibu
Composmentis.
·
Tanda-tanda
vital
Tekanan
darah : untuk mengetahui factor risiko
hipertensi/hipotensi dengan satuan
mmHg. Tekanan darah normal 110/80
sampai 140/90 mmHg (Saifuddin,
2002).
hipertensi/hipotensi dengan satuan
mmHg. Tekanan darah normal 110/80
sampai 140/90 mmHg (Saifuddin,
2002).
Suhu : untuk mengetahui suhu badan apakah ada
peningkatan atau tidak. Suhu tubuh normal 35,6o
C sampai 37,6o C (Wiknjosastro, 2006).
peningkatan atau tidak. Suhu tubuh normal 35,6o
C sampai 37,6o C (Wiknjosastro, 2006).
Nadi : untuk mengetahui denyut nadi pasien dengan
menghitung dalam 1 menit adalah 60-100 x/menit
(Saifuddin, 2002).
menghitung dalam 1 menit adalah 60-100 x/menit
(Saifuddin, 2002).
Respirasi : untuk mengetahui pernafasan pasien dalam
waktu 1 menit. Sedangkan normalnya
pernafasan dalam 1 menit adalah 20-24
x/menit (Saifuddin, 2002).
waktu 1 menit. Sedangkan normalnya
pernafasan dalam 1 menit adalah 20-24
x/menit (Saifuddin, 2002).
b) Pemeriksaan Sistematis
·
Kepala
Rambut : untuk mengetahui rambut bersih tidak rontok
atau tidak, berketombe tidak (Ety, 2011).
atau tidak, berketombe tidak (Ety, 2011).
Muka : untuk mengetahui ada oedema apa tidak,
anemis
atau tidak, pucat atau tidak (Ety, 2011).
atau tidak, pucat atau tidak (Ety, 2011).
Mata : untuk mengetahui apakah ada konjungtiva
warna
merah muda atau anemis dan sclera warna putih
atau ikterik (Ety, 2011).
merah muda atau anemis dan sclera warna putih
atau ikterik (Ety, 2011).
Hidung : untuk mengetahui ada polip atau tidak, ada
lender
atau tidak (Ety, 2011).
atau tidak (Ety, 2011).
Telinga : untuk
mengetahui adanya serumen atau tidak
(Ety, 2011).
(Ety, 2011).
Mulut dan
gigi : untuk mengetahui lidah bersih atau
kotor,
ada stomatitis atau tidak, apakah gigi
bersih atau caries (Nursalam, 2009).
ada stomatitis atau tidak, apakah gigi
bersih atau caries (Nursalam, 2009).
·
Leher : untuk
mengetahui apakah ada pembesaran
kelenjar thyroid dan pembesaran kelenjar getah
bening (Nursalam, 2008).
kelenjar thyroid dan pembesaran kelenjar getah
bening (Nursalam, 2008).
·
Dada : untuk mengetahui apakah ada retraksi dada
kanan, kiri saat bernafas sama dan apakah
payudara kanan dan kiri simetris atau tidak
(Nursalam, 2008).
kanan, kiri saat bernafas sama dan apakah
payudara kanan dan kiri simetris atau tidak
(Nursalam, 2008).
Mammae menurut Varney (2004),
1.
Pembesaran : ada pembesaran atau tidak.
2.
Tumor :
ada benjolan tumor atau tidak.
3.
Simetris : simetris atau tidak.
4.
Areola : hyperpigmentasi.
5.
Putting susu : menonjol/tidak.
6.
Kolostrum : sudah keluar atau belum.
·
Abdomen : apakah ada jaringan parut atau bekas
operasi,
dan adanya nyeri tekan (Wiknojosastro, 2006).
dan adanya nyeri tekan (Wiknojosastro, 2006).
·
Anogenital
Vulva dan vagina : bentuk genetalia,
pengeluaran (warna,
bau, jumlah dan karakter) ada tidaknya
varices, ada atau tidaknya kemerahan,
nyeri tekan dan pembesaran kelenjar
bartholini (Essawibawa, 2011). Pada
kasus Flour Albus didapatkan hasil
pemeriksaan terlihat secret vagina
berwarna putih menggumpal, berwarna
kuning hingga putih keabu-abuan
(Abidin, 2009).
bau, jumlah dan karakter) ada tidaknya
varices, ada atau tidaknya kemerahan,
nyeri tekan dan pembesaran kelenjar
bartholini (Essawibawa, 2011). Pada
kasus Flour Albus didapatkan hasil
pemeriksaan terlihat secret vagina
berwarna putih menggumpal, berwarna
kuning hingga putih keabu-abuan
(Abidin, 2009).
Inspeculo : pemeriksaan dalam
yang dilakukan untuk
mengetahui keadaan portio dan servik serta
pengeluaran pervaginam (Widjanarko, 2011).
mengetahui keadaan portio dan servik serta
pengeluaran pervaginam (Widjanarko, 2011).
Pemeriksaan dalam :
pemeriksaan dalam (Vagina toucher
dan inspekulo) dikaji untuk
mengetahui kondisi vagina urethra,
dinding vagina, portio, Orifisium
urethra, korpus uteri, pengeluaran dan
discharge (Essawibawa, 2011).
dan inspekulo) dikaji untuk
mengetahui kondisi vagina urethra,
dinding vagina, portio, Orifisium
urethra, korpus uteri, pengeluaran dan
discharge (Essawibawa, 2011).
·
Anus : untuk mengetahui ada hemoroid atau tidak
(Nursalam, 2008).
(Nursalam, 2008).
·
Ekstremitas
Varices : apakah
ada varices atau tidak (Nursalam, 2008).
Oedema : apakah
ada oedema atau tidak (Nursalam, 2008).
Reflek patella : pemeriksaan dengan pengetukan pada
tendom patella menggunakan palu reflex
(Nazriel, 2011).
tendom patella menggunakan palu reflex
(Nazriel, 2011).
c) Pemeriksaan penunjang :
Data penunjang diperlukan sebagai pendukung diagnosa, apabila diperlukan
misalnya pemeriksaan laboratorium dan hasil pap smear (Varney, 2007).
b.
Langkah II. Mengidentifikasi diagnosa/masalah
aktual
Mengintepretasikan data untuk
mengidentifikasi diagnosa atau masalah. Data dasar yang sudah dikumpulkan
diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik.
Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat
diidentifikasikan, seperti diagnosa tetapi membutuhkan penanganan (Ety, 2011).
a)
Diagnosa kebidanan
Diagnosa
kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktek kebidanan
dan memenuhi standar nomenklatur diagnose kebidanan (Essawibawa, 2011). Diagnosa
kebidanan sendiri didapat dari data dasr yang terdiri dari data subjektif dan
data objektif. Diagnosa yang ditegakkan adalah Ny.”S” dengan gangguan sistem
reproduksi dengan Flour Albus.
Data dasar :
1. Data subjektif menurut Manuaba (2009), contoh :
a. Ibu mengatakan sudah melahirkan sebanyak 3 kali dan
tidak pernah keguguran.
b. Ibu mengatakan umurnya sudah 40 tahun.
c. Ibu mengatakan adanya cairan yang kental, berwarna
putih keruh dan berbau yang disertai rasa gatal selama 1 minggu yang lalu.
2. Data objektif :
a. Keadaan umum :
baik
b. Kesadaran :
composmentis.
c. Tanda-tanda vital : biasanya terjadi peningkatan.
d. Pengeluaran pervaginam berupa cairan kental berwarna putih
keruh dan berbau.
b)
Masalah
Masalah yang timbul berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan
dari hasil pengkaijan yang menyertai diagnosa (Varney, 2004). Masalah yang
sering timbul pada ibu dengan gangguan Flour
Albus adalah merasa cemas dan gelisah dengan keadaaanya (Jense, 2005).
c)
Kebutuhan
Kebutuhan
yang dibutuhkan pasien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa maslaah yang
didapatkan dengan melakukan analisa data (Varney, 2004).Kebutuhan yang
diperlukan untuk penderita Flour Albus
adalah dorongan moral dan informasi mengenai Flour Albus (Mnauaba, 2008).
c.
Langkah III. Mengidentifikasi diagnosa/masalah potensial
Mengidentifikasi diagnosa
atau masalah potensial dan mengantisipasi penangannya. Pada langkah ini kita mengidentifikasi
diagnosa potensial berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasi.
Langkah ini membutuhkan antisipasi dan diharapkan dapat waspada dan
bersiap-siap mencegah diagnosa atau masalah potensial ini menjadi benar-benar
terjadi. Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman (Ety, 2011).
Diagnosa potensial yang terjadi pada ibu dengan Flour Albus apabila tidak segera mendapat penanganan yang tepat dan
berlangsung akan menjadi infeksi vagina, vulvitis,
vaginitis dan bahkan dapat menjadi vulvavaginitis
(Egan, 2007).
d.
Langkah IV. Tindakan Emergency/Kolaborasi
Menetapkan kebutuhan terhadap
tindakan segera untuk melakukan tindakan, konsultasi, kolaborasi dengan tenaga
keseahatan lain ini berdasarkan kondisi klien. Langkah ini mnecerminkan
kesinambungan dalam proses penatalaksanaan kebidanan (Ety,2011). Pada kasus
gangguan reproduksi Flour Albus
dilakukan tindakan segera yaitu memberikan terapi obat sesuai kebutuhan seperti
golongan doxycycline untuk mengatasi infeksi candida dan golongan metrodinazol untuk mengatasi infeksi
bakteri dan parasit (Abidin, 2009).
e.
Langkah V. Rencana tindakan asuhan kebidanan
Mengembangkan suatu rencana
tindakan komprehensif didukung oleh penjelasan serta rasional yang benar.
Rencana tindakan yang komprehensif bukan hanya meliputi kondisi klien,
hubungannya dengan masalah yang dialami akan tetapi meliputi antisipasi dengan
bimbingan terhadap klien dan konseling. Langkah ini merupakan kelanjutan
manajemen terhadap masalah atau antisipasi. Pada langkah ini informasi data
yang tidak lengkap dapat dilengkapi
(Varney, 2004). Menurut Abidin (2009), rencana asuhan
yang diberikan pada gangguan sistem reproduksi dengan Flour Albus diantaranya :
1.
Jelaskan pada ibu
tentang penyakit yang dideritanya.
2.
Diskusikan dengan ibu
tentang tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.
3.
Observasi keadaan umum
dan TTV.
4.
Jelaskan
bagaiman cara membersihkan daerah pribadi dan
genitalianya agar tetap bersih dan kering.
genitalianya agar tetap bersih dan kering.
5. Anjurkan kepada klien untuk meningkatkan personal hygiene.
6.
Jelaskan untuk
tidak sering menggunakan pencuci vagina.
7.
Beri dukungan moral dan
spiritual.
8. Rencana
pemberian obat.
9.
Anjurkan ibu untuk memeriksakan dirinya ke dokter
agar ibu dapat memperoleh penanganan lebih lanjut secepatnya.
f.
Langkah VI. Pelaksanaan tindakan asuhan kebidanan
Langkah ini adalah pelaksanaan
rencana tindakan. Hal ini mungkin dikerjakan sendiri oleh bidan atau sebagian
dilakukan oleh klien sendiri atau tim anggota kesehatan lainnya. Menurut Varney (2004), pada langkah ini rencana
asuhan menyeluruh seperti yang diuraikan pada langkah kelima, dilaksanakan
secara efisien dan aman. Pelaksanaan asuhan kebidana gangguan sitem reproduksi
dengan Flour Albus sesuai dengan
perencanaan yang telah dibuat :
1.
Jelaskan pada ibu
tentang penyakit yang dideritanya.
2.
Diskusikan dengan ibu
tentang tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.
3.
Observasi keadaan umum
dan TTV.
4.
Jelaskan bagaiman cara
membersihkan daerah pribadi dan
genitalianya agar tetap bersih dan kering.
genitalianya agar tetap bersih dan kering.
5.
Anjurkan kepada klien untuk meningkatkan personal hygiene.
6.
Jelaskan untuk tidak
sering menggunakan pencuci vagina.
7.
Beri dukungan moral dan
spiritual.
8.
Rencana pemberian obat.
9.
Anjurkan ibu untuk
memeriksakan dirinya ke dokter agar ibu dapat memperoleh penanganan lebih
lanjut secepatnya.
g.
Langkah VII. Evaluasi asuhan kebidanan
Evaluasi pada
kenyataannya adalah cara untuk mengelolah apakah rencana yang telah
dilaksanakan benar memenuhi kebutuhan klien yaitu kebutuhan yang diidentifikasi
pada tahap penentuan diagnosa/masalah. (Saiminem, Dokumentasi Asuhan
Kebidanan, 2010, hal. 54)
Pada evaluasi gangguan sistem
reproduksi dengan Flour Albus
diharapkan dalam waktu 2 minggu Flour
Albus sudah berkurang, tidak ada infeksi lanjut, ibu merasa tidak cemas dan
meras nyaman (Syaifuddin, 2003).
Menurut
Abidin (2009), evaluasi asuhan yang diberikan pada gangguan reproduksi dengan Flour Albus, diantaranya:
1. Keputihan dapat sembuh dan telah diatasi dengan baik.
2. Klien sudah mengerti bagiman cara membersihkan daerah
pribadi dan genitalianya agar tetap bersih dan kering.
3. Klien sudah mengerti tetnang kebersihan saat
berhubungan seksual.
4. Ibu bersedia
melaksanakan anjuran yang diberikan oleh bidan.
5. Ibu bersedia kembali jika ada keluhan.
3.
Pendokumentasi
asuhan kebidanan (SOAP)
a.
Dokumentasi
SOAP
Metode dokumentasi SOAP merupakan
langkah terakhir setelah melaksanakan asuhan kebidanan adalah mendokumentasikan
seluruh asuhan yang telah dilaksanakan pada klien. Dokumentasi tersebut
dilakukan dalam bentuk SOAP (varney, 1997).
Komponen SOAP menurut varney adalah
sebagai berikut:
1)
S : Subyektif
Merupakan hasil apa
yang dikatakan dan diungkapkan atau
keluhan dari klien itu sendiri, suami atau keluarga klien
2)
O : Obyektif
Merupakan apa yang dilihat, diraba
dan dirasakan oleh bidan saat melakukan pemeriksaan dan dari hasil
laboratorium.
3)
A : Assesment
Merupakan kesimpulan apa yang
dibuat berdasarkan data subyektif
dan objektif sebagai hasil
pengambilan keputusan klinis terhadap klien tersebut.
4)
P : Planning
Merupakan rencana tindakan yang
dilakukan berdasarkan kesimpulan dan evaluasi berdasarkan assesment/ analisis
sebelumnya.
b.
Penggunaan
dokumentasi SOAP
Catatan SOAP digunakan sebagai
salah satu metode dokumentasi asuhan kebidanan oleh karena merupakan:
1. Kemajuan
informasi yang sistimatis yang mengorganisir penemuan dan kesimpulan menjadi
rencana asuhan
2. Intisari
dari langkah-langkah dalam proses manajemen kebidanan
3. Urut-urutannya
dapat membantu dalam mengorganisir pikiran dalam memberikan asuhan yang menyeluruh
4. Pencatatan
dan pendokumentasian penting oleh karena :
a. Merupakan
catatan yang bersifat permanen tentang asuhan yang diberikan.
b. Memfasilitasi
berbagai informasi diantara para pemberi asuhan.
c. Memfasilitasi
pemberian asuhan yang berkesinambungan.
d. Memfasilitasi
evaluasi efektivitas asuhan yang diberikan.
e. Dapat
digunakan sebagai data personal, keperluan riset, statistik morbiditas dan
mortalitas.
f. Meningkatkan
pemberian asuhan yang aman, efektivitas dan berkualitas.
Tabel
2.1. Pendokumentasian
Asuhan Kebidanan
Proses
asuhan kebidanan
|
Pendokumentasian asuhan kebidanan
|
7
LANGKAH VARNEY
|
5
LANGKAH (KOMPETENSI BIDAN )
|
|
SOAP
NOTES
|
1. Pengumpulan data dasar
|
Data
|
Subjektif
(Hasil anamnesis)
Objektif
(Pemeriksaan)
|
|
2.
Interpretasi data : diagnosis masalah kebutuhan
|
Assesment
/ Diagnosis
|
Assesment
(Analisis dan interpretasi Data)
1. Diagnosis
dan Masalah
2. Diagnosis
atau masalah potensial
3. Kebutuhan
tindakan segera
|
|
3.
Identifikasi diagnose atau masalah potensial
|
|||
4.
Identitas kebutuhan yang memerlukan penanganan segera secara mandiri,
konsultasi atau kolaborasi
|
|||
5.
Rencana asuhan :
1. Melengkapi
Data : Tes Diagnostik / Loboratorium.
2. Pendidikan
/ konseling
3. Rujukan
4. Follow
Up
|
Planning
|
Planning
(Dokumentasi Implementasi dan Evaluasi)
1. Asuhan
Mandiri
2. Kolaborasi
3. Tes
Diagnostik atau Tes Laboratorium
4. Konseling
5. Follow
Up
|
|
6. Pelaksanaan
|
Implementasi
|
||
7. Evaluasi
|
Evaluasi
|
Sumber : Depkes RI, 2009
Gambar 2.1. Proses Manajemen Kebidanan dan
Pendokumentaisan
DATA SUBJEKTIF
(S)
|
DATA OBJEKTIF
(O)
|
IMPLEMENTASI
RENCANA
|
MENGUMPULKAN DATA
|
EVALUASI DATA
IDENTIFIKASI
MASALAH
|
EVALUASI
EFEKTIFITAS
ASUHAN
|
ASSESMENT
DATA
(A)
|
IDENTIFIKASI
MASALAH
POTENSIAL
|
DOKUMENTASI
SOAP
|
MENGEMBANGKAN
RENCANA ASUHAN
|
MENILAI
PERLUNYA
TINDAKAN
SEGERA/
KONSULTASI
|
PENGAMBILAN KEPUTUSAN KLINIS
PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN ASUHAN
KEBIDANAN
|
by: OBAT KEPUTIHAN
BalasHapusTerima kasih untuk berbagi informasi dengan kami , Setelah membaca artikel Anda saya menjadi sangat tertarik dengan blog yang Anda kelola